Metode Pembelajaran Penjas

Metode Pembelajaran

Metode adalah cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan, (Dwi Siswoyo, dkk, 2008: 133). Sedangkan pembelajaran menurut Briggs, (1992) dalam Achmad Sugandi, (2004: 6) merupakan kata kerja dari “mengajar” yang artinya menimbulkan “belajar” dan itu terjemahan dari “teaching” atau diartikan juga “instruction”. Instruction adalah seperangkat peristiwa (event) yang mempengaruhi sibelajar sedemikian rupa sehingga si belajar itu memperoleh kemudahan. Jadi metode merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mencapai tujuan, sedangkan pembelajaran adalah sebuah tindakan untuk mempermudah belajar peserta didik.

Menurut Mosston dan Ashworth, (1994) dalam Dwialih Yuan, (2010: 2)
Pendekatan pembelajaran/ metode pembelajaran adalah cara untuk mencapai tujuan belajar yaitu tujuan yang diharapkan tercapai oleh siswa dalam kegiatan belajar. Pendekatan yang sering digunakan dalam aktifitas pendidikan jasmani dan kesehatan ada 7, yaitu :

Pendekatan Pengetahuan-Keterampilan (Knowledge-Skill Approach)
Pendekatan ini dibagi menjadi 2 metode yaitu ceramah (lecture) dan latihan (drill).

Pendekatan Sosialisi (Sosialization Approach)

Dalam pendekatan ini pendidikan tidak hanya diarahkan untuk meningkatkan ketrampilan pribadi dan berkarya saja, tetapi juga ketrampilan berinteraksi sosial dan hubungan manusiawi.

Pendekatan Personalisasi

Landasan pemikiran pendekatan ini adalah aktivitas pendidikan jasmani dapat digunakan untuk sebagai media pengembangan kualitas pribadi. Metodenya adalah problem solving.

Pendekatan Belajar (Learning Approach)

Tujuan pendekatan ini untuk mempengaruhi kompetensi dan proses belajar anak dengan metode terprogram (programmed instruction), Computer assisted instruction (CAI), dan metode kreativitas dan pemecahan masalah.

Pendekatan Motor Learning

Pendekatan ini mengajarkan aktivitas jasmani berdasarkan klasifikasi ketrampilan dan teori proses informasi yang diterima. Metode yang dikembangkan berdasarkan pendekatan ini adalah part-whole methods dan modeling (demonstration).

Pendekatan Permainan Taktik (Tactical Game Approaches)

Adalah pendekatan dengan menggunakan permainan, tujuannya agar siswa memahami manfaat teknik permainan tertentu dengan cara mengenalkan situasi permainan tertentu terlebih dahulu kepada anak. Melalui kegiatan permainan akan terjadi persaingan dan kompetisi yang dapat mewujudkan keinginan pribadi siswa untuk mencoba kemampuan yang telah dimiliki.

Spektrum Gaya Mengajar

Spektrum gaya mengajar dikembangkan berdasarkan pemikiran bahwa pembelajaran merupakan interaksi antara guru dan murid dan pelaksanaan pembagian tanggung jawab.
Menurut Mosston, (1994) dalam Dwialih Yuan, (2010: 2) terdapat 4 gaya mengajar yang sering digunakan dalam pembelajaran, yaitu :

Gaya komando (the command style)

Peran guru pada pembelajaran ini sangat dominan, yaitu sebagai pembuat keputusan pada semua tahap, karena pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi sepenuhnya dilakukan oleh guru, sedangkan peserta didik/ siswa hanya berperan sebagai pelaku ataupun pelaksana saja yang sepenuhnya harus tunduk terhadap pengarahan, penjelasan, dan segala perintah dari guru. Esensi dari gaya komando adalah adanya hubungan yang langsung dan cepat antara stimulus guru dan respon murid.

Gaya latihan atau penugasan (the tractice style)

Pada awalnya guru menggunakan gaya komando, namun dalam tahap tertentu guru memberi tugas kepada siswa, dalam melaksanakan tugas tersebut siswa boleh mengambil keputusan sendiri. Guru bertindak sebagai penyusun rencana dan mempresentasikan rencana tersebut kepada peserta didik/ siswa.

Pada tahap evaluasi, guru melakukan observasi/ pengamatan terhadap kegiatan/aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik/siswa secara individu. Gaya latihan ini sangat sesuai untuk pembelajaran dalam penguasaan teknik dasar.


Gaya resiprokal (the reciprocal style)
Pada gaya resiprokal, kelas diorganisir dan dikondisikan dalam peran-peran tertentu (dibagi menjadi dua kelompok), ada peserta didik/ siswa yang berperan sebagai pelaku, dan sebagai observer (pengamat) terhadap aktivitas yang dilakukan oleh kelompok pelaku, sedangkan guru sebagai fasilitator. Kelompok siswa yang bertindak sebagai observer mengamati tampilan/aktivitas yang dilakukan oleh temannya (pelaku) dengan membawa lembar observasi (pengamatan) yang telah disusun oleh guru, selanjutnya observer tersebut mengevaluasi tampilan dari kawannya yang bertindak sebagai pelaku. Dalam hal ini evaluasi dilakukan oleh peserta didik/siswa sendiri secara bergantian.

Melalui upaya mengevaluasi aktivitas temannya, diharapkan siswa juga mengetahui konsep pelaksanaan yang benar, karena setiap siswa akan berperan sebagai observer (pengamat), maka mereka akan berupaya untuk menguasai konsep geraknya yang benar. Untuk pelaksanaan gaya resiprokal, siswa terlebih dahulu harus mempelajari teknik dasar, dan gaya resiprokal ini dilaksanakan pada pembelajaran teknik lanjutan.

Gaya inklusi (the inclusions style)
Pada gaya inklusi, guru berperan sebagai pembuat keputusan dalam perencanaan, sedangkan peserta didik/ siswa menentukan pilihan terhadap kelompok kegiatan dalam pelaksanaan dan evaluasi.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru terlebih dahulu menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan. Selanjutnya siswa secara bebas boleh memilih aktivitas pada yang mereka anggap sesuai dengan kemampuannya (siswa) sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk mengevaluasi kemampuan dirinya atas dasar lembar kriteria kemampuan yang telah dibuat oleh guru dan mengambil keputusan untuk berpindah level yang ada diatasnya (yang lebih tinggi). Untuk pelaksanaan gaya inklusi, siswa terlebih dahulu harus pernah melakukan pembelajaran teknik dasar.

Pendekatan Permainan Taktik (Tactical Game Approaches)

Pendekatan permainan taktik adalah pendekatan dengan menggunakan permainan, tujuannya agar siswa memahami manfaat teknik permainan tertentu dengan cara mengenalkan situasi permainan tertentu terlebih dahulu kepada anak. Melalui kegiatan permainan akan terjadi persaingan dan kompetisi yang dapat mewujudkan keinginan pribadi siswa untuk mencoba kemampuan yang telah dimiliki. Dalam pembelajaran suatu keterampilan guru harus memiliki kreatifitas, salah satunya menggunakan pendekatan permainan ini. Sebelum guru memberiakan keterampilan khusus kepada siswa, sebaiknya siswa diberikan bentuk-bentuk permainan yang nantinya menuju pada keterampilan sesungguhnya.

Menurut Moch Dasuki, (2004: 1), Permainan adalah kegiatan yang menggembirakan baik diri sendiri maupun orang lain. Menurut Utmi Munandar bermain adalah suatu aktifitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, social, moral dan emosional. Kegiatan yang menggembirakan yang dilakukan sendiri maupun dengan orang lain dapat berupa permainan tradisional maupun olahraga. Agar dapat bermain dengan baik perlu memahami berbagai pola gerak tubuh dan teknik bermain. Ketrampilan gerak tubuh dapat dikelompokkan menjadi tiga :

Keterampilan Lokomotor: adalah keterampilan gerak berpindah tempat. Contoh: berjalan, berlari, melompat, meloncat, meluncur dan lain sebagainya.
Keterampilan Non–lokomotor: adalah keterampilan gerak di tempat tanpa berpindah tempat. Contoh: membungkuk, meliuk, melenggok, bergoyang, mengayun dan lain sebagainya.


Keterampilan Manipulatif: adalah keterampilan gerak untuk menggunakan atau memainkan alat. Contoh: melempar, menangkap, memukul, mendorong, menarik dan lain sebagainya, (Nanang Sudrajat, dkk, 2004: 5-49).
Menurut Achmad Latiief Ardiwinata dkk, (2006: 4) permainan dibagi menjadi dua yaitu : permainan untuk bermain/ mengisi waktu (play) dan permainan untuk bertanding (games). Permainan untuk bermain dilakukan guna mengisi waktu luang dan bersifat hiburan yang pada umumnya dilakukan oleh anak–anak. Sedangkan permainan untuk bertanding dibagi menjadi empat jenis, yaitu :

Permainan yang memerlukan kekuatan/ ketrampilan fisik. Contoh: egrang, dayung, panah, dan pencak silat.

  • Permainan yang memerlukan suatu siasat. Contoh: dakon, dam–daman dll.
  • Permainan yang memerlukan kekuatan fisik dan siasat. Contoh: sepaktakraw, gobak sodor, kasti dll.
  • Permainan yang bersifat untung–untungan. Contoh: karapan sapi, adu ayam dll.

Permainan–permainan di atas ada yang tergolong sebagai permainan tradisonal. Indonesia negara yang memiliki banyak pulau–pulau yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke tentunya mempunyai banyak sekali jenis permainan tradisional yang berbeda–beda satu daerah dengan daerah lainnya. Dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani permainan tradisional dapat dijadikan sebagai media/ pendekatan untuk sebuah materi ajar yang sesuai dengan karakteristik permainan tersebut. Bahkan untuk permainan Sepaktakraw, Pencak Silat, dan Dayung telah menjadi cabang olahraga yang diakui oleh dunia internasional.

Belum ada Komentar untuk " Metode Pembelajaran Penjas"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel