MENGENAL KARAKTERISTIK SOAL AKM



MENGENAL KARAKTERISTIK SOAL AKM

Oleh: IDRIS APANDI
Penulis Buku Strategi Pembelajaran Aktif Abad 21 dan HOTS

Pada tahun 2021 Kemdikbud akan melaksanakan Asesmen Nasional (AN) yang terdiri dari bentuk, yaitu; (1) Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), (2) survei karakter, dan (3) survei lingkungan belajar. AN dilaksanakan sebagai pengganti Ujian Nasional (UN) dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN). Pada awalnya AN akan dilaksanakan pada bulan Maret 2021 untuk jenjang SMP/MTs dan SMA/MA/SMK, dan bulan Agustus 2021 untuk jenjang SD/MI, tetapi dalam perkembangannya, sehubungan Indonesia masih dilanda pandemi Covid-19 dan masih banyak sekolah yang melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), maka Mendikbud Nadiem Makarim memundurkan pelaksanaan AN menjadi bulan September-Oktober 2021.

Khusus terkait dengan AKM, respondennya adalah siswa kelas 5 SD/MI (maksimal 30 responden @30 soal), kelas 8 SMP/MTs (maksimal 45 orang @36 soal), dan 11 SMA/MA/SMK (maksimal 45 orang @36 soal). Setiap sekolah wajib mengikuti AKM. AKM akan dilaksanakan secara online dan semi online, tergantung kepada kondisi dan situasi setiap sekolah.

Soal-soal AKM bertujuan untuk mengukur kemampuan literasi (membaca) dan numerasi (matematika) yang nantinya akan menjadi dasar dalam penyusunan program peningkatan mutu pembelajaran. AKM tidak ada kaitannya dengan kelulusan siswa dari sekolah, tidak ada kaitannya dengan perangkingan sekolah, dan tidak ada kaitannya dengan penilaian kinerja kepala sekolah atau guru, tetapi hanya untuk mendapatkan peta mutu pendidikan. Oleh karena itu, AKM diharapkan bisa dilaksanakan secara objektif dan fair, tidak ada “pengondisian” seperti halnya mau melaksanakan Ujian Nasional (UN). Siswa yang akan mengikuti AKM pun akan dipilih secara acak (random) oleh Kemendikbud, tetapi tentunya masih pada tingkat atau kelas yang sama.

Bentuk soal AKM antara lain; (1) Pilihan Ganda (PG), (2) Pilihan Ganda Kompleks, (3) menjodohkan, (4) isian/jawaban singkat, dan (5) uraian/essai. Setiap jenis soal tentunya memiliki karakteristik, kesulitan, dan kompleksitas yang berbeda, tergantung level kemampuan berpikir apa yang akan diukurnya. Soal PG, PG kompleks, dan uraian/essai lebih tepat untuk mengukur kemampuan tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS), sedangkan soal menjodohkan dan isian/jawaban singkat lebih tepat untuk mengukur kemampuan tingkat rendah (Lower Order Thinking Skills/LOTS). Beberapa jenis soal tersebut bisa dimunculkan dengan mengacu  pada satu stimulus yang sama atau masing-masing soal memiliki stimulus yang berbeda.

Soal PG meminta siswa untuk menjawab satu pilihan jawaban yang paling tepat. Soal PG Kompleks membolehkan siswa untuk menjawab lebih dari satu jawaban, soal menjodohkan meminta siswa menjawab dengan cara menjodohkan (menyesuaikan) antara pilihan jawaban yang berada di kolom sebelah kanan dengan soal yang berada di kolom sebelah kiri.

Soal isian/jawaban singkat meminta siswa untuk menjawabnya dengan singkat, padat dan jelas. Misalnya  berupa waktu (hari, tanggal, bulan, atau tahun), nama tempat, nama peristiwa, nama tokoh, nama benda, nama warna, ciri tertentu, dan sebagainya. Soal uraian/essai meminta siswa untuk menjawab dengan uraian cukup panjang dan jelas, tetapi tidak bertele-tele. Walaupun siswa diberikan kebebasan dalam menjawab soal essai, tapi diupayakan logis dan rasional disertai dengan argumen, data, dan fakta pendukung.

Stimulus

Soal AKM adalah soal yang bertujuan mengukur kemampuan literasi (membaca) dan numerasi (matematika) siswa. Soal tersebut berorientasi untuk membangun kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS) dan membangun keterampilan berpikir kritis-analitis siswa. Oleh karena itu, pada soal AKM disertai dengan stimulus atau rangsangan sebelum siswa mengerjakan soal. Bentuknya bisa berupa teks fiksi (cerpen, puisi, dan pantun), berita/informasi, deskripsi kasus, gambar, grafik, tabel, dan sebagainya.

Stimulus tersebut nantinya akan menjadi sumber atau referensi yang dikaitkan dengan soal-soal yang harus dijawab oleh siswa. Tidak setiap jawaban dari pertanyaan tersebut khususnya untuk soal HOTS bisa ditemukan pada stimulus, tetapi data dan informasi yang terdapat pada stimulus perlu dianalisis sehingga siswa dapat menyusun jawabannya sendiri dengan memanfaatkan data-data yang pada stimulus. Misalnya siswa diminta untuk membandingkan antara 2 objek atau lebih, menemukan persamaan atau perbedaan dari sebuah benda, menganalisis sebuah peristiwa, hingga mengevaluasi dan menyimpulkan inti dari sebuah teks yang dibacanya.

Misalnya guru menyajikan sebuah grafik perkembangan kasus Covid-19 di sebuah daerah dalam kurun waktu tertentu (stimulus). Berdasarkan grafik tersebut, guru bisa membuat beragam soal yang relevan. Di sini memang diperlukan kepiawaian dan kemampuan guru untuk menyusun soal HOTS yang baik. Hal tersebut memang tidak mudah. Perlu latihan secara terus menerus dan guru perlu menambah wawasan tentang cara menyusun soal yang sesuai dengan kaidah penulisan soal yang baik.

Guru harus bisa membuat atau mencari stimulus yang relevan dengan soal yang akan ditanyakan atau kemampuan yang akan diukur. Jangan sampai stimulus yang dibuatnya tidak nyambung dengan soal yang dibuatnya. Selain itu, tentunya stimulus soalnya pun harus sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir siswa atau disesuaikan dengan tiap jenjang pendidikannya.

Membuat stimulus soal susah-susah gampang. Stimulus untuk siswa SD/MI tentunya sebaiknya berupa cerita fiksi seperti cerpen atau dongeng supaya menarik minat siswa untuk membacanya dan mudah dipahami oleh mereka, sedangkan untuk siswa SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK, tentunya selain teks fiksi yang agak kompleks juga bisa disertai dengan bentuk stimulus lainnya seperti berita/informasi, deskripsi kasus, gambar, grafik, atau tabel dengan asumsi bahwa mereka sudah bisa membaca teks yang lebih kompleks dan memiliki daya analisis yang lebih tajam dibandingkan siswa SD/MI.

Berdasarkan kepada hal tersebut, maka guru perlu sering memberikan latihan soal yang berorentasi HOTS sehingga mereka akan terbiasa atau tidak terkejut jika suatu saat mengerjakan soal AKM. Guru pun harus banyak menelaah soal-soal yang digunakan oleh PISA atau TIMSS karena memang harapannya soal-soal AKM tersebut megacu kepada soal PISA dan TIMSS. Fokus dari soal AKM adalah untuk mendapatkan potret kemampuan literasi (membaca) dan numerasi (matematika) dasar siswa-siswa di Indonesia. Oleh karena itu, menurut saya, bobot soal-soalnya pun tidak akan terlalu berat. Sebuah pertanyaan yang pada dasarnya sederhana, tetapi disajikan melalui deskripsi yang ada pada stimulus soal.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi bukan dimunculkan pada saat guru memberikan soal HOTS saja, tetapi harus diawali dari proses pembelajaran yang HOTS. Guru perlu banyak mendorong dan merangsang siswa untuk berpikir kritis-analitis. Misalnya dengan banyak membuka sesi diskusi, telaah kasus, tanya jawab, mencari (inquiry) dan menemukan (discovery), menyelesaikan masalah (problem solving), dan pembelajaran berbasis proyek (project based learning/PjBL). Wallaahu a’lam.

Belum ada Komentar untuk " MENGENAL KARAKTERISTIK SOAL AKM"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel